Saat Sun Tzu diuji kemampuannya oleh Raja Wu untuk membuktikan efektivitas strategi perangnya, ia diangkat menjadi panglima perang oleh sang raja. Kemudian, ia membuktikan ucapannya dengan tindakan berani menghukum secara tegas siapa pun yang melanggar perintahnya sebagai panglima, termasuk kepada dua orang selir kesayangan raja.

Kisah tersebut selengkapnya telah saya kupas di edisi perdana Majalah LuarBiasa edisi Januari 2009. Namun, nilai kedisiplinan yang tercetus dari kisah itu masih sangat relevan untuk dibahas dan dilaksanakan hingga saat ini. Kedisiplinan adalah jantung kehidupan manusia yang mau meraih kesuksesan. Sebab, tanpa disiplin yang keras dan berkesinambungan, seseorang tidak mungkin dapat mengembangkan diri secara optimal.
Sebuah perusahaan tidak mungkin dapat meraih kemajuan jika karyawannya tidak memiliki kedisiplinan dan tanggung jawab dalam menjalankan semua tugas perusahaan. Datang sering terlambat, pulang lebih cepat, takut tugas yang menantang, korupsi waktu, kerja setengah hati, dan lain sebagainya.
Begitu pula dengan tatanan pada sebuah negara. Sebuah negara tidak mungkin menjadi kuat jika dibangun di atas puing-puing ketidakdisiplinan oleh mayoritas warga negaranya. Sebaliknya, sebuah negara yang kuat pasti dibangun oleh mayoritas warga negara yang kesehariaannya mematuhi prinsip-prinsip dasar hukum masyarakat dan negara. Dan, salah satu prinsip yang harus dimiliki dan dikembangkan adalah disiplin.
Dengan kedisplinan yang dibangun dan tanggung jawab yang diemban dengan sangat baik, Sun Tzu terbukti mampu menjadi besar dan bahkan melegenda meski ajarannya telah berusia lebih dari 2500 tahun. Disiplin terbukti menjadi titik tolak keabadian ajaran Sun Tzu yang tetap relevan hingga kini.
Sayang, kita masih sering menyaksikan kedisiplinan yang dilanggar di sekitar kita. Kedisiplinan sederhana yang sering kita lihat adalah soal disiplin lalu lintas. Bisa kita saksikan dan rasakan sendiri bagaimana disiplin berlalu-lintas, terutama di kota besar seperti Jakarta, makin lama justru makin rendah. Padahal, Jakarta adalah kota metropolitan, ibu kota negara yang menjadi jendela Indonesia.
Kenyataannya, setiap hari lebih dari separuh lampu lalu lintas dan aneka rambu dilanggar oleh pengguna jalan raya dengan sadar dan sengaja. Saat tak ada petugas polisi pengatur lalu lintas, disiplin seolah menjadi barang mewah yang jarang dimiliki setiap orang. Ketika lampu merah menyala, banyak kendaraan bermotor menerobos lampu, bahkan memacu kendaraannya, tanpa menghiraukan keselamatan dan besarnya kemungkinan terjadinya kecelakaan.
Belum lagi jalan belokan atau memutar yang dengan jelas memasang tanda larangan. Justru, inilah larangan yang paling sering dilanggar, bahkan diatur oleh orang-orang tidak bertanggung jawab yang mencari upah sekadar recehan rupiah.
Lantas, siapakah yang bertanggung jawab atas ketidakdisplinan dan kemunduran moralitas seperti ini? Sudah pasti yang bertanggung jawab bukan hanya sekadar pemerintah, polisi, atau pejabat berwenang lainnya. Tetapi, yang wajib bertanggung jawab dan menegakkan kedisplinan adalah saya, Anda, dan kita semua!!!
Jika kita ingin Indonesia bangkit sejajar dengan bangsa dan negara maju lainnya, tidak ada cara lain kecuali membangun kekayaan mental, yaitu dengan mempraktikkan sikap disiplin, tanggung jawab, menghormati hak orang lain, jujur, mematuhi hukum negara dan masyarakat, mau bekerja keras, dan berbagai kekayaan mental lainnya.
Mari, kita bangun sikap mental disiplin dan bertanggung jawab layaknya Sun Tzu yang memegang teguh pendiriannya. Dengan meningkatkan kekayaan mental tersebut, kita pasti akan mencapai kehidupan yang jauh lebih baik dan bermutu.
Tahukah Anda, berbagai kebiasaan buruk bisa membuat orang tampak lebih tua dari usia sebenarnya. Tentunya, kita semua ingin menghindari kebiasaan buruk itu. Ya, siapa yang mau tampak lebih tua dari usia sebenarnya, kan? Nah, apa saja kebiasaan buruk itu? Simak tulisan di bawah ini.

Sekelompok peneliti dari University of Oslo, Norwegia, melakukan riset dengan responden sebanyak 5.000-an orang selama 20 tahun. Sebenarnya penelitian itu dilakukan untuk menemukan kebiasaan apa saja yang harus dilakukan agar orang bisa mengadopsi cara hidup yang lebih sehat. Namun dalam perkembangannya, para peneliti malah menemukan empat kebiasaan buruk yang bisa disebut "fatal". Keempatnya adalah merokok, minum minuman beralkohol, malas bergerak, dan memakan makanan yang kurang gizi (poor diet).

Dari seluruh responden itu ternyata ada 314 orang yang memiliki keempat kebiasaan buruk itu secara bersamaan. Sedangkan sebanyak 387 orang lain menghindari keempatnya (tak merokok, tak minum minuman beralkohol, berolahraga/aktif secara fisik, dan makan makanan bergizi). Sisanya memiliki kebiasaan buruk tapi tidak seluruhnya.

Tak dijelaskan, sebesar apa risiko dari kebiasaan merokok itu. Namun tampaknya sedikit atau banyak merokok, sama besar risikonya. Mengenai kebiasaan minum minuman beralkohol, disebutkan "buruk" jika diminum tiga kali sehari buat laki-laki atau dua kali sehari buat perempuan. Di bawah itu dianggap "normal". Sedangkan malas berarti ia melakukan aktivitas fisik (berolahraga) kurang dari dua jam seminggu. Lalu untuk poor diet, disebut begitu jika tubuh kita mendapat asupan buah-buahan kurang dari tiga kali sehari.

Nah, dari mereka yang memiliki keempat kebiasaan buruk itu (314 orang) ternyata 91 orang meninggal selama dalam periode penelitian (29%), sedangkan dari kelompok sehat (387 orang), hanya 32 orang yang meninggal (8%).

Juru bicara penelitian itu, Elisabeth Kvaacik, mengatakan beginilah kesimpulan para peneliti: jika kombinasi kebiasaan buruk itu dilakukan, akan membuat orang cepat meninggal. Kalau pun bisa panjang umur, penampilannya akan tampak 12 tahun lebih tua.

Mau sehat dan tampak lebih muda? Elisabeth menyarankan agar kita berolahraga setidaknya 2,5 jam seminggu. Dan biasakan diri untuk sering memakan sayuran dan buah-buahan! Menurut responden dari kelompok yang sehat, asupan sayur/buah yang baik adalah satu buah wortel, satu buah apel, dan segelas jus jeruk sehari. Atau bisa juga, kita berpatokan pada panduan dari AS, untuk asupan buah-buahan dan sayuran terbaik, yaitu minimal 4 gelas jus buah atau sayuran setiap harinya.

Dikisahkan, ada sebuah keluarga besar. Kakek dan nenek mereka merupakan pasangan suami istri yang tampak serasi dan selalu harmonis satu sama lain. Suatu hari, saat berkumpul bersama, si cucu bertanya kepada mereka berdua, "Kakek nenek, tolong beritahu kepada kami resep akur dan cara kakek dan nenek mempertahan cinta selama ini agar kami yang muda-muda bisa belajar."

Mendengar pertanyaan itu, sesaat kakek dan nenek beradu pandang sambil saling melempar senyum. Dari tatapan keduanya, terpancar rasa kasih yang mendalam di antara mereka. "Aha, nenek  yang akan bercerita dan menjawab pertanyaan kalian," kata kakek.

Sambil menerawang ke masa lalu, nenek pun memulai kisahnya.  "Ini pengalaman kakek dan nenek yang tak mungkin terlupakan dan rasanya perlu kalian dengar dengan baik. Suatu hari, kami berdua terlibat obrolan tentang sebuah artikel di majalah yang berjudul ‘bagaimana memperkuat tali pernikahan'. Di sana dituliskan, masing-masing dari kita diminta mencatat hal-hal yang kurang disukai dari pasangan kita. Kemudian, dibahas cara untuk mengubahnya agar ikatan tali pernikahan bisa lebih kuat dan bahagia. Nah, malam itu, kami sepakat berpisah kamar dan mencatat apa saja yang tidak disukai. Esoknya, selesai sarapan, nenek memulai lebih dulu membacakan daftar dosa kakekmu sepanjang kurang lebih tiga halaman. Kalau dipikir-pikir, ternyata banyak juga, dan herannya lagi, sebegitu banyak yang tidak disukai, tetapi tetap saja kakek kalian menjadi suami tercinta nenekmu ini," kata nenek sambil tertawa. Mata tuanya tampak berkaca-kaca mengenang kembali saat itu.

Lalu nenek melanjutkan, "Nenek membacanya hingga selesai dan kelelahan. Dan, sekarang giliran kakekmu yang melanjutakan bercerita." Dengan suara perlahan, si kakek meneruskan. "Pagi itu, kakek membawa kertas juga, tetapi....kosong. Kakek tidak mencatat sesuatu pun di kertas itu. Kakek merasa nenekmu adalah wanita yang kakek cintai apa adanya, kakek tidak ingin mengubahnya sedikit pun. Nenekmu cantik, baik hati, dan mau menikahi kakekmu ini, itu sudah lebih dari cukup bagi kakek."

Nenek segera menimpali, "Nenek sungguh sangat tersentuh oleh pernyataan kakekmu itu sehingga sejak saat itu, tidak ada masalah atau sesuatu apapun yang cukup besar yang dapat menyebabkan kami bertengkar dan mengurangi perasaan cinta kami berdua."

Pembaca yang budiman,

Sering kali di kehidupan ini, kita lebih banyak menghabiskan waktu dan energi untuk memikirkan sisi yang buruk, mengecewakan dan yang menyakitkan. Padahal, pada saat yang sama kita pun sebenarnya punya kemampuan untuk bisa menemukan banyak hal indah di sekeliling kita.

Saya yakin dan percaya, kita akan menjadi manusia yang berbahagia jika kita mampu berbuat, melihat, dan bersyukur atas hal-hal baik di kehidupan ini dan senantiasa mencoba untuk melupakan yang buruk yang pernah terjadi. Dengan demikian, hidup akan dipenuhi dengan keindahan, pengharapan, dan kedamaian.


Salam sukses luar biasa!!!

Andrie Wongso

My Pictures