Tampilkan postingan dengan label Motifasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Motifasi. Tampilkan semua postingan

SPIRITUAL EMOTIONAL
FREEDOM TECHNIQUE
Cara Tercepat dan Termudah
Mengatasi Berbagai Masalah Fisik dan Emosi

ORANG YANG PALING MISKIN DI DUNIA ADALAH
ORANG YANG BUTA MATANYA
KARENA IA TIDAK DAPAT MELIHAT KEBESARAN ALLAH SWT.
TAPI, SESUNGGUHNYA ORANG YANG LEBIH MISKIN
ADALAH ORANG YANG MATANYA DAPAT MELIHAT
TETAPI BUTA HATINYA, YAITU
ORANG YANG MEMUTUSKAN SILATURRAHIM DAN
APABILA MELIHAT ORANG YANG KESULITAN
IA TIDAK MAU MENOLONG.
 

15 Masalah Pelajar
 
1.Merasa ingatan buruk
2.Suka menunda belajar
3.Suka bermalas-malasan
4.Candu main PS, game internet, nonton tv
5.Sulit memahami pelajaran
6.Mudah bingung
7.Perhatian tidak lama
8.Suka melamun
9.Takut menghadapi ujian
10.Takut ke ortu kalau tidak lulus
11.Merasa pelajaran terlalu banyak, tidak ada waktu belajar
12.Merasa kurang gairah & tidak termotivasi
13.Sering mudah menyerah
14.Merasa guru terlalu membosankan
15.Tidak suka atau tertarik dengan salah satu pelajaran

Solusi ?
9 Cara Belajar Sukses
1.Tetapkan tujuanmu dengan jelas
2.Rencanakan dan jadwalkan
3.Bertindak dan konsisten
4.Banyak membaca untuk mendapatkan informasi
5.Buat peta pikiran (mind mapping)
6.Miliki ingatan super!!
7.Terapkan apa yang dipelajari
8.Bersiap menghadapi ujian
9.Sikap saat menghadapi ujian
Solusi yang lain yang lebihDAHSYATdan AMPUH untuk menghadapi berbagai masalah belajar dan kehidupan sehari-hari yaitu 

SEFT
(Spiritual Emotional Freedom Technique) 




Lebih lengkapnya, silahkan download disini 
 
Untuk sukses, baik di negeri sendiri apalagi di tanah rantau, re-setting pikiran dan perbuatan sangatlah krusial. Bagaikan komputer, setiap kali hard disk sudah tidak mencukupi, ada baiknya untuk di-upgrade. Juga ketika banyak “error” alias “kegagalan” dalam hidup, ada baiknya untuk di-re-boot. 
Re-setting mind adalah cara yang paling jitu untuk bisa “mengubah nasib” dengan cara mengubah cara berpikir dan perbuatan kita. Hampir sepuluh tahun yang lalu, ketika pertama kali saya menginjakkan kaki di Berkeley, bisa dibilang saya adalah “orang kamso” yang tidak mengerti apa-apa. “Culture shock” lah istilahnya, tahunya hanya jalan kaki dari dormitory di Norton Hall Durant Avenue ke kelas dan jalan-jalan weekend saja. Semuanya asing sehingga saya tidak begitu bisa “menangkap” apa yang terjadi di sekitar saya.
Sebenarnya, apa yang perlu “ditangkap” adalah perubahan apa yang terjadi di dalam diri kita ketika lingkungan kita berubah. Seperti sekarang harga BBM sudah tidak semanis dulu, jalan raya sudah demikian macetnya sehingga polusi sudah demikian kelabunya, serta keadaan politik yang sudah tidak menentu di tanah air. Ini semua adalah perubahan. Jadi kalau Anda pergi merantau, Andalah yang mengunjungi perubahan, kalau Anda tetap di tanah air, perubahanlah yang datang kepada Anda. Sama saja, sama-sama perubahan inilah yang membuat Anda “mabok perubahan.”
Ada orang yang secara psikis dan biologis menanggapi perubahan dengan keluh-kesah dan depresi. Ada pula yang menanggapinya dengan antusiasme yang tinggi karena “misteri” apa yang ada di ujung terowongan perubahan itulah yang menarik buatnya. Bagaimana ending perjalanan perubahan inilah yang menarik.
Jadilah yang kedua. Jika Anda adalah yang pertama (depresi), latihlah diri sendiri dengan memperkuat batin. Jika Anda adalah orang yang religius, jangan sekali-kali “meminta secara spesifik” dalam suatu bentuk yang Anda inginkan, misalnya “Saya mohon agar dikabulkan permohonan saya yaitu satu rumah yang elok dan gaji yang tinggi.” Namun, mintalah ke Yang Kuasa, “Mohon saya diberikan kekuatan, ketabahan dan keberanian untuk menjalankan hidup ini sebaik mungkin.”
Rabindranath Tagore pernah berkata, “Let me not pray to be sheltered from danger, but to be fearless in facing them. Let me not beg to for the stilling of my pain, but for the heart to conquer it.” Janganlah memohon untuk dilindungi dari bahaya, namun supaya diberikan keberanian dalam menghadapinya. Janganlah memohon supaya rasa sakit dihilangkan, namun supaya diberikan hati yang besar untuk menaklukkan rasa sakit itu.
Di perantauan, sebagaimana di tanah air, Teori Pareto 20-80 bekerja dengan jelas. Hanya 20% dari perantau yang sukses, sisanya pulang kampung atau termajinalisasi sebagai pariah. Mungkin tidak sebagai pariah dalam arti sebenarnya, namun stuck di satu tempat karena masalah-masalah yang bersumber dari kepribadiannya sendiri.
Mari kita telaah.
Keyakinan yang bersumber dari sumber-sumber yang salah kaprah, namun telah membentuk kepribadian seseorang sedemikian dalamnya sehingga re-setting mind sudah merupakan sesuatu yang almost impossible. Sebagai contoh, mind set bahwa seorang istri adalah seorang “dependent” alias “yang tergantung” sudah merupakan konsep yang kadaluwarsa. Ketergantungan emosional (sebagaimana pasangan suami istri dan sahabat karib) bukanlah justifikasi yang benar untuk segala hal.
Sebagai contoh, seorang istri yang memiliki kelebihan yang sangat tangible adalah juga seorang manusia. Jadi, mengecilkan arti kelebihan seorang manusia adalah suatu lelucon tidak lucu yang sangat tidak pantas dan sangat mengecilkan arti hakiki seorang manusia. Jelas sebagai seorang istri ia punya ketergantungan emosional dengan suaminya dan anak-anaknya, namun peran “istri” hanyalah satu dari sekian banyak earned status (istilah antropologinya). Melihat seorang wanita hanya sebagai “istri” adalah suatu konsep yang mungkin sudah ketinggalan zaman ratusan tahun lamanya. Maka saran saya, lihatlah dunia dalam proporsinya.
Manusia => Wanita => Istri => Ibu
Manusia => Wanita => Berkarir => Berkarir di PT XYZ => Manager => Punya Uang
Pandanglah seseorang sebagai “manusia” dulu, yang identik statusnya dengan Anda. Ia sama-sama punya darah dan daging, bisa sakit dan bisa mati suatu hari, terlepas dari siapa pun status sosialnya. Jangan sebaliknya. Apalagi jika seseorang itu orang “kaya”. Maka seakan-akan dia bukan lagi “manusia” karena segala pernak-perniknya yang bermerek.
Re-set your mind untuk hal-hal yang bersumber dari salah kaprah. Jangan biarkan hidup dalam kesalahkaprahan terus-menerus. Ibaratnya seperti Anda melihat gajah, jangan hanya belalainya saja, namun pandanglah luas keseluruhannya. Demikian pula dalam hidup. Dalam melihat permasalahan atau sedang menarik kesimpulan, jangan hanya mengambil satu segi saja.
Ada juga beberapa sumber lainnya yang sama dahsyatnya dalam mengunci pikiran salah kaprah kita, misalnya dari slogan-slogan, peribahasa, propaganda pemerintah, dan lain-lain. Sebagai contoh yang paling jelas adalah Pancasila. Pancasila “dipercaya” sebagai satu-satunya landasan negara yang paling bagus di seluruh dunia. Apa benar?
Ini jelas salah kaprah. Pandanglah Pancasila identik dengan landasan-landasan negara lain, buatlah perbandingan yang seimbang tanpa memasukkan unsur-unsur perasaan. Obyektiflah memandang Pancasila hanya sebagai salah satu bentuk landasan negara yang ada di dunia. Bagaimana hasil perbandingan itulah yang pantas untuk Anda ambil sarinya. Ambillah keputusan sendiri tentang kualitas dan kredibilitas Pancasila dari hasil perbandingan itu, jangan dengan mudah saja menelan “ini bagus” dan “paling bagus di seluruh dunia”.
Mungkin benar Pancasila paling sesuai dengan kultur Indonesia, namun yang jelas sangatlah congkak bagi kita untuk mengatakan bahwa Pancasila adalah landasan negara yang paling bagus di seluruh dunia. Karena, dengan menyatakan demikian, kita merendahkan landasan-landasan negara lain, termasuk negara-negara adidaya yang paling cepat menurunkan tangan ketika tanah air kita mengalami bencana. Juga ini berarti merendahkan negara-negara sahabat kita yang kita kasihi.
Jagalah hubungan kita di dunia dengan orang lain karena bisa saja suatu hari kita memerlukan mereka. Jangan congkak dengan cara memandang dunia yang sempit dan tidak pada proporsinya.
See beyond what’s given to you. Seek within. Seek without. Re-set your mind dengan cara melihat dunia dalam proporsinya. Anda pasti bisa sukses dengan mind set yang seperti ini. Di tanah air maupun di rantau.
If you want to get manything finally you get nothing! Demikian nasihat Suryadi Sasmita, seorang entrepreneur unggulan di negeri ini. Intinya, Suryadi ingin menekankan pentingnya kekuatan fokus. Memang, dalam hidup ini kita tidak bisa menggapai semua hal sekaligus. Logika sederhananya, jika kita mengejar sepuluh ekor kelinci pada saat bersamaan, hampir bisa dipastikan kita tidak akan memperoleh satu pun. Sebaliknya kalau kita memfokuskan perhatikan kepada salah satu dari sepuluh ekor tadi, niscaya kita akan lebih mudah menangkapnya.

Suryadi sendiri pernah mencoba mengabaikan prinsip ini beberapa tahun lalu. Dengan latar belakang seorang pengusaha garmen, ia kemudian masuk ke berbagai bidang bisnis lainnya, seperti properti, pembalut wanita hingga bisnis retail. Hasilnya? “Pikirannya saya bercabang-cabang. Pecah tidak karuan sehingga bisnis utama saya malah terabaikan dan bisnis baru pun tidak terlalu berkembang. Untunglah saya segera menyadari hal ini dan kembali ke bisnis utama saya, “ katanya.
Pengalaman yang dialami Suryadi juga pernah saya alami. Sebagai orang yang selalu merasa haus ilmu, saya suka sekali membaca. Setiap minggu saya selalu berkunjung ke toko buku. Sebagai pembicara publik, buku sangat membantu saya dalam menyiapkan bahan presentasi. Sayangnya ketika itu saya belum memutuskan bidang apa yang akan menjadi spesialis saya sebagai pembicara publik dan trainer. Akibatnya saya membeli buku dari berbagai bidang. Mulai dari motivasi, kewirausahaan, kepemimpinan, public relations, marketing hingga buku-buku spiritual.
Seiring dengan meningkatnya kesibukan, saya tidak lagi punya terlalu banyak waktu untuk membaca. Istri saya terkadang menasihati saya agar membeli buku yang dibutuhkan saja mengingat masih begitu banyak buku yang belum tuntas saya baca. “Fokuskan pada bidang tertentu saja sehingga pengeluaran untuk buku bisa kita hemat,”nasihatnya. Saya pun sadar kalau apa yang dikatakannya itu benar. Itulah sebabnya sejak beberapa waktu lalu saya lebih memfokuskan diri saya untuk mendalami ilmu motivasi dan kepemimpinan. Dua bidang ini begitu menarik hati saya dan saya merasa panggilan hidup saya memang ke arah situ. Berkat kegiatan belajar yang terfokus, dalam waktu dekat, saya bersama partner bisnis saya akan meluncurkan 2 lembaga pendidikan praktis di bidang kewirausahaan dan kepemimpinan.
Fokus memang penting. Saya punya seorang teman yang memiliki semangat hidup dan cita-cita yang tinggi. Tahun lalu ia bercerita kalau ia sedang aktif di bisnis pemasaran jaringan. Awal tahun ini ia berganti bidang bisnis ke arah minuman. Baru-baru ini ia bahkan banting setir lagi ke arah makanan. Tanpa perlu penjelasan panjang darinya, saya pun tahu kalau bisnisnya tidak ada yang berkembang pesat.
Saya mengamati salah satu alasan mengapa orang sering tidak bisa fokus adalah kecenderungan untuk membanding-bandingkan diri dengan orang lain. Melihat orang lain sukses di bisnis pakaian, ia pun ingin ikutan. Melihat temannya berkembang di bidang properti, hatinya pun tergiur padahal ia sama sekali tidak tahu seluk-beluk bisnis itu. Barangkali dalam pikiran bawah sadarnya terbentuk sebuah pemahaman kalau orang lain bisa sukses di bidang itu, saya pun pasti bisa.
Membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain bukan sikap yang bijaksana. Itu tidak adil. Setiap manusia punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Yang paling baik adalah kita senantiasa berfokus pada kekuatan-kekuatan kita. Dalam buku The Power of Focus, Jack Canfield menulis, “You must invest most of your time every week doing what you do best, and let others do what they best.” Ya, luangkanlah waktu Anda untuk melakukan hal-hal yang Anda kuasai dengan baik dan biarkan orang lain melakukan hal-hal yang mereka kuasai.
Kalau kita berfokus pada kelemahan kita, sudah bisa dipastikan kita tidak akan mencapai hasil maksimal. Bahkan, seringkali kita merasa stres dan frustrasi. Pertanyaannya sekarang, bagaimana kita tahu apa bidang kekuatan kita? Pertama, kita bisa melihat bidang mana saja yang kita mahir atau terampil. Kedua, dengan menanyakannya kepada orang lain. Terkadang kita memang tidak menyadari kalau kita mempunyai sebuah kelebihan tertentu. Saya sendiri pernah mengabaikan kelebihan saya dalam hal menulis selama beberapa tahun sampai seorang sahabat menasihati saya dengan mengatakan profesi sebagai penulis tidak mengenal masa pensiun. Dari sinilah saya tergugah untuk menulis buku. Ditunjang dengan hobi membaca buku (yang sebagian besar bisa dijadikan referensi), saya pun merasa pekerjaan ini sebagai sebuah bentuk permainan saja dan saya menghayatinya sepenuh hati.
Kalau kita masih juga sulit menemukan bidang kekuatan kita, saya sarankan agar membuka komunikasi yang lebih intensif dengan Yang Mahakuasa. Biarkan Ia berbicara dan kita mendengarkan. Memang dalam hidup ini, kita kurang memberikan waktu kepada Tuhan untuk berbicara kepada kita. Kita terlalu sibuk berbicara tentang Tuhan (talk about) sehingga seolah-olah kita paling tahu segala sesuatu tentang-Nya. Sering juga kita hanya berbicara kepada Tuhan dengan satu arah (talk to). Misalnya berdoa hanya untuk menyampaikan permohonan dan keluhan-keluhan kita. Sebaliknya, jarang sekali kita meluangkan waktu yang cukup untuk berbicara dengan Tuhan (talk with). Padahal saya yakin, Tuhan senantiasa mau berdialog dengan kita.
Kalau kita telah menemukan bidang kekuatan kita, akan lebih mudah bagi kita untuk membuat impian berdasarkan bidang kekuatan itu. Impian yang terfokus akan memberikan energi yang mendorong kita untuk berusaha mencapainya. Sahabat saya, Mas Aribowo Prijosaksono punya punya impian untuk memberikan insiprasi dan memberdayakan banyak orang agar memiliki kehidupan yang luar biasa (living a great live). Ditunjang kelebihannya dalam hal menulis, hingga kini ia telah menghasilkan 7 buah buku yang laris di pasaran (best seller). Salut! Bagaimana dengan Anda? ***
* Paulus Winarto adalah pemegang dua Rekor Indonesia dari MURI (Museum Rekor Indonesia), yakni sebagai pembicara seminar pertama yang berbicara dalam seminar di angkasa dan penulis buku yang pertama kali bukunya diluncurkan di angkasa. Sejumlah bukunya masuk dalam kategori best seller nasional, seperti First Step to be An Entrepreneur, Top Secrets of Success, Reach Your Maximum Potential dan The Leadership Wisdom.

sumber : google
Salah satu sahabat saya sejak zaman kuliah tiba-tiba menghubungi saya kembali setelah beberapa lama tidak berkontak. Tampaknya bisnis keluarganya sedang mengalami masalah. Ditambah dengan keadaan ekonomi makro yang kurang mendukung jenis bisnis yang ditekuninya tersebut, ia sangat mengharapkan dukungan dan masukan dari teman-temannya, termasuk teman-teman lama yang sudah lama tidak bersua.
Tampaknya kegelisahan hatinya sudah sangat mendalam. Keadaan mental serupa ini pernah saya alami ketika baru saja memulai perjalanan hidup saya di tanah rantau. Seakan-akan hanya faktor-faktor dari luar saja yang mempunyai makna dalam kehidupan saya. Ketika sulit mencari kerja, hati gundah gulana. Ketika sulit mencari network yang bisa memberi masukan, hati juga gelisah. Ketika memulai kerja di tempat baru, hati juga tidak tenteram.
Saat itu saya “menyalahkan” faktor-faktor luar tersebut sebagai “sumber” dari kegelisahan hati saya. Saya “menyalahkan” juga keadaan-keadaan yang tidak memungkinkan saya untuk langsung melesat tinggi di tanah rantau. “Seandainya saja” sering muncul dalam benak saja.
Fortunately, saya cepat “sadar” dari keadaan yang salah kaprah ini. Arti hidup dan kedamaian hati berasal dari dalam diri, terlepas dari seberapa buruknya keadaan di luar diri kita sendiri. Bagaimana ini bisa terjadi? Bagaimana cara mencapai tahap ini?
Pertama, sadarilah (be aware) bahwa yang menciptakan kegelisahan adalah benak kita sendiri. Faktor luar hanyalah backdrop (latar belakang) diri Anda. Itu bukanlah Anda, itu tidak mengidentifikasikan Anda. Jangan cari “kambing hitam.”
Misalnya, “Saya kan bukan anak konglomerat, mana bisa saya memulai bisnis yang pasti sukses?” Atau, “Saya ini kan fisiknya lemah, jadi saya tidak masuk perguruan tinggi. Mana kuat saya belajar bertahun-tahun, wong satu malam saja saya sudah teler?” Ingatlah, begitu banyak orang yang sukses walaupun hidupnya penuh kekurangan, baik fisik maupun finansial.
Kedua, “energi” untuk mengubah diri sendiri berasal dari dalam diri, bukan dari hal diskusi dengan teman-teman dan dukungan moral dari sahabat-sahabat. Orang lain hanya bisa melihat dari persepsi mereka sendiri berdasarkan apa yang mereka pernah alami, namun Andalah agent of change diri sendiri, bukan orang lain. Sadarilah hal ini. Jangan sekali-kali mengandalkan input dari luar untuk menentukan jalan hidup kita.
Ketiga, perubahan terjadi dengan seketika, bukan berangsur-angsur. “Saya baru tahu tentang itu hari ini, masa saya mesti berubah saat ini juga? Kasih waktu dong buat saya berubah.” Wah, ini salah kaprah. Perubahan terjadi instan (prinsip Zen). Begitu ada awareness bahwa sesuatu mesti diubah, saat itu pula perubahan terjadi. Pencerahan terjadi, maka pola berpikir pun mendapatkan input baru untuk mengubah sudut pandang (paradigm).
Keempat, percayalah akan kemampuan diri sendiri untuk berubah. Tidak ada faktor yang menyebabkan diri berubah, hanya dirimu sendiri saja. Jangan salahkan unsur-unsur dari luar ketika mengalami kegagalan, namun carilah jalan senantiasa untuk mencapai kemenangan.
Terakhir, belajarlah untuk bisa membedakan yang mana adalah faktor-faktor luar dan yang mana adalah faktor-faktor dalam. Lantas, buang faktor-faktor luar yang tidak mendukung pencapaian kemenangan. Isilah diri dengan faktor-faktor yang memberi tambahan kualitas pengambilan keputusan untuk mencapai sukses. Anda pasti bisa berubah dan pasti menang. Luar biasa.

Sumber : google
Tahukah Anda, berbagai kebiasaan buruk bisa membuat orang tampak lebih tua dari usia sebenarnya. Tentunya, kita semua ingin menghindari kebiasaan buruk itu. Ya, siapa yang mau tampak lebih tua dari usia sebenarnya, kan? Nah, apa saja kebiasaan buruk itu? Simak tulisan di bawah ini.

Sekelompok peneliti dari University of Oslo, Norwegia, melakukan riset dengan responden sebanyak 5.000-an orang selama 20 tahun. Sebenarnya penelitian itu dilakukan untuk menemukan kebiasaan apa saja yang harus dilakukan agar orang bisa mengadopsi cara hidup yang lebih sehat. Namun dalam perkembangannya, para peneliti malah menemukan empat kebiasaan buruk yang bisa disebut "fatal". Keempatnya adalah merokok, minum minuman beralkohol, malas bergerak, dan memakan makanan yang kurang gizi (poor diet).

Dari seluruh responden itu ternyata ada 314 orang yang memiliki keempat kebiasaan buruk itu secara bersamaan. Sedangkan sebanyak 387 orang lain menghindari keempatnya (tak merokok, tak minum minuman beralkohol, berolahraga/aktif secara fisik, dan makan makanan bergizi). Sisanya memiliki kebiasaan buruk tapi tidak seluruhnya.

Tak dijelaskan, sebesar apa risiko dari kebiasaan merokok itu. Namun tampaknya sedikit atau banyak merokok, sama besar risikonya. Mengenai kebiasaan minum minuman beralkohol, disebutkan "buruk" jika diminum tiga kali sehari buat laki-laki atau dua kali sehari buat perempuan. Di bawah itu dianggap "normal". Sedangkan malas berarti ia melakukan aktivitas fisik (berolahraga) kurang dari dua jam seminggu. Lalu untuk poor diet, disebut begitu jika tubuh kita mendapat asupan buah-buahan kurang dari tiga kali sehari.

Nah, dari mereka yang memiliki keempat kebiasaan buruk itu (314 orang) ternyata 91 orang meninggal selama dalam periode penelitian (29%), sedangkan dari kelompok sehat (387 orang), hanya 32 orang yang meninggal (8%).

Juru bicara penelitian itu, Elisabeth Kvaacik, mengatakan beginilah kesimpulan para peneliti: jika kombinasi kebiasaan buruk itu dilakukan, akan membuat orang cepat meninggal. Kalau pun bisa panjang umur, penampilannya akan tampak 12 tahun lebih tua.

Mau sehat dan tampak lebih muda? Elisabeth menyarankan agar kita berolahraga setidaknya 2,5 jam seminggu. Dan biasakan diri untuk sering memakan sayuran dan buah-buahan! Menurut responden dari kelompok yang sehat, asupan sayur/buah yang baik adalah satu buah wortel, satu buah apel, dan segelas jus jeruk sehari. Atau bisa juga, kita berpatokan pada panduan dari AS, untuk asupan buah-buahan dan sayuran terbaik, yaitu minimal 4 gelas jus buah atau sayuran setiap harinya.

Anak-anak di bawah umur 10 tahun belum dapat menggunakan logika berpikir secara maksimal. Apa yang mereka lihat akan langsung dipraktikan tanpa menganalisis benar atau salah. Setelah mereka melakukan tindakan itu dan merasa mendapatkan kenikmatan, mereka akan mengulangi tindakan tersebut lagi dan lagi. Dengan demikian, tak mengherankan jika anak-anak adalah target utama para pembuat dan pemasar tayangan pornografi.
Elly Risman, Ketua Yayasan Kita dan Buah Hati, menerangkan, sebelum membuat tayangan pornografi, para ahli berkumpul untuk merancang "strategi". "Ada ahli dari ahli syaraf, psikolog, dan yang pasti ahli-ahli dari pembuat teknologi yang membuat tayangan tersebut menarik. Kemudian, pasar yang dibidik adalah anak laki-laki yang belum baliq," ujarnya setelah pembahasan Uji Materi UU Anti Pornografi, di Kantor KPAI Jakarta, Selasa (5/5).

Ia menerangkan, pada anak laki-laki yang belum mengalami masa puber sekitar umur 9 tahun, mereka mempunyai rasa penasaran yang tinggi terhadap tayangan pornografi. "Anak-anak dilarang menonton tayangan itu oleh orangtuanya dengan alasan masih kecil, dan itu membuat rasa penasaran mereka bertambah," kata dia.

Saat orangtua lengah, ia melanjutkan, anak akan mencuri-curi untuk menonton tayangan pornografi itu. Setelah menonton tayangan tersebut, apa yang dilihat akan tersimpan terus di dalam sistem limbik. "Tak jarang saat menonton, anak mengalami orgasme. Pada saat itu mereka memang merasa berdosa. Namun, karena merasa ada sesuatu yang menyenangkan, mereka akan mengulanginya lagi," ungkapnya.

"Dan setelah mengalami 33-36 kali pengalaman orgasme, seumur hidup anak akan kecanduan pada tayangan pornografi itu," imbuhnya.

Menurutnya, jika pada umur 9 tahun saja anak sudah kecanduan dengan tayangan pornografi, pada usia 14 tahun anak itu berpotensi melakukan hal-hal yang lebih berbahaya lagi karena setiap hari kadar adiksi dan tingkah laku anak terus berkembang.

"Untuk mencegah anak-anak kecanduan pada tayangan pornografi, orangtua juga harus mengawasi kegiatan anak. Kalau mau memberikan mainan untuk anak, sebaiknya dilihat dulu, kalau tidak mengerti tanya pada pihak lain," kata dia.

"Hilangkan budaya tidak peduli antara anak dan orangtua. Walaupun sibuk, tetap berikan perhatian kepada anak. Selain itu, pemerintah juga harus menegakkan peraturan dengan tegas. Anak-anak harus dilindungi," tandasnya.

Sumber : Kompas.com
PENTINGNYA edukasi atau pendidikan tentang seksualitas khususnya bagi kalangan remaja memang tak terbantahkan lagi. Derasnya arus informasi telah menyebabkan orang tua sulit lagi menahan atau membatasi anak-anaknya dari akses informasi termasuk perihal seksualitas.

Oleh karena itulah, edukasi soal seks kini telah mulai diupayakan untuk menjadi bagian dari pendidikan sekolah, meskipun belum bisa menjadi bagian kurikulum. Berkat inisiatif serta dorongan sejumlah lembaga nirlaba, sekitar 20 Sekolah Menengah Atas (SMA) di lima wilayah Jakarta telah menjadikan edukasi seks sebagai kegiatan ekstrakurikuler yang digelar secara rutin setiap pekannya.

Seperti diugkapkan Direktur Mitra INTI Foundation, Laily Hanifah M.Kes, pihaknya bersama dengan beberapa lembaga non profit lainnya telah berhasil melobi serta mendesak beberapa sekolah menggelar pendidikan seks sebagai kegiatan ekstrakurikuler.

“Ada empat sekolah di tiap wilayah di Jakarta yang telah berinisiatif menjadikan pendidikan seks sebagai bagian ekstrakurikuler. Di antara mereka ada yang sudah mulai, sebagian lain masih dalam persiapan untuk mulai,” papar Laily di sela-sela talkshow “Seksualitas di Indonesia : Tabu atau Perlu?” dan acara peluncuran Buku Kesproholic di Jakarta, Kamis (10/7). .

Untuk saat ini, lanjutnya, pendidikan seks sebagai memang belum memungkinkan untuk menjadi bagian kurikulum sekolah menengah mengingat padatnya jadwal serta beban pelajaran. Laily juga menyesalkan pihak pemerintah yang seperti menutup mata terhadap pentingnya pendidikan seks menjadi bagian dari pelajaran di sekolah-sekolah.

“Padahal edukasi seks jelaslah sangat penting mulai SD hingga perguruan tinggi Kenapa pemerintah seperti tidak bertindak apapun. Seharusnya pemerintah yang punya power lebih gencar dalam hal ini. Oleh karena itulah, menjadikannya sebagai kegiatan ekstrakurikuler merupakan langkah awal. Yang penting, ada komitmen dari pihak sekolah dan pendidikan seks di sekolah. Yang memberi materi juga sebaiknya guru sekolah masing-masing supaya berkesinambungan,” tambahnya

Bila pilot project ini berhasil, lanjut Laily, diharapkan pemerintah akan semakin terbuka mata. Dengan begitu, pendidikan seks diharapkan akan menjadi mata pelajaran di seluruh sekolah di masa mendatang.

Sumber : kompas.com
Sebuah cita-cita merupakan realisasi progresif dari sebuah impian dalam sebuah kerangka waktu yang telah ditentukan. Bisa juga berarti, jika Anda sependapat, cita-cita adalah elemen spesifik dari lukisan besar visi yang hendak kita capai atau raih dalam kurun waktu tertentu. Seumpama takdir kita adalah gedung pencakar langit, cita-cita Anda adalah batu dan besi beton yang menjadi fondasinya.
Menjadi penting bagi kita untuk memahami bahwa cita-cita adalah landasan bagi usaha mewujudkan takdir yang menjadi alasan mengapa kita dilahirkan. Merupakan faktor kunci yang menentukan peristiwa-peristiwa dalam hidup kita. Successories mengatakan bahwa cita-cita merupakan usaha, namun keberanian saja tidaklah cukup bila tanpa tujuan dan arah.
Ia (cita-cita) yang berasal dari tujuan dan arah merupakan sesuatu yang hanya dapat kita ciptakan dari hati. Hanya saja, kita melihat, seseorang sangat terbebani oleh besarnya cita-cita tertingginya dan bertanya kepada dirinya sendiri, “Apakah cita-citaku realistis ataukah aku sekadar bermimpi?. Haruskah aku mendengarkan orang-orang yang menyarankanku untuk menyerah dan menerima yang biasa-biasa saja?”
“Anda seharusnya tidak hanya memusatkan perhatian pada cita-cita utama Anda,” kata Patrick Snow. Jauh lebih mudah hanya berkonsentrasi pada tantangan selanjutnya dan kemudian berjalan menuju cita-cita utama selangkah demi selangkah. Jika tidak, akan begitu mudah terbebani oleh seluruh cita-cita dan kemudian menyerah. Kita perlu perhatikan hikmah yang mengatakan: 
“Cita Cita Bukanlah Janji, Melainkan Komitmen"
Cita Cita Bukanlah Harapan, Melainkan Visi"
Kita Tidak Berkhayal atau Berharap Bahwa Cita cita Itu
Akan mencari kita; Tapi Kitalah Yang Mencari Mereka"
Cita Cita Tidak Bermula di Otak Anda, Tapi Di Hati Anda.”

Kita bisa memilih untuk membangun dan menciptakan takdir kita sendiri. “Ada saat ketika kita harus dengan tegas memilih jalan mana yang akan kita tempuh atau tempaan peristiwa yang terus-menerus akan memutuskannya untuk kita,” kata Herbert Prochnow. Bagi mereka yang memilih “pasrah” mirip setangkai daun yang jatuh dari sebuah pohon ketika badai melanda yang melayang layang tanpa tujuan hingga mendarat di suatu tempat tak dikenal.
Orang-orang seperti itu, kata Snow, jatuh ke mana pun angin bertiup. Lelah dan terpukul hingga pada akhirnya terinjak-injak dan remuk! “Saya tahu hal itu mungkin terdengar kasar, namun pikirkan tentang semua orang di dunia ini yang tidak pernah melakukan sesuatu yang berarti dan akhirnya terlambat menyesali segala yang SEHARUSNYA BISA DAN SUDAH mereka capai”, ujarnya.
Untuk menumbuhkan kesadaran diri yang ada pada diri kita membutuhkan sejumlah jenis kecerdasan yang bekerja secara menyeluruh yang mana kecerdasana ini merupakan anugerah yang hanya ada pada manusia. Kesadaran ini pada dasarnya merupakan istilah lain bagi ruang antara stimulus dan respons. Ruang di mana kita bisa berhenti dulu sejenak lalu membuat sebuah pilihan atau keputusan.
Melalui upaya kita untuk memahami dan menyadari asumsi, teori, dan paradigma kita yang mendasar secara eksplisit adalah bagian proses bagi pencapaian kesadaran diri dan hal ini merupakan salah satu aktivitas yang memberikan efek pelipatgandaan terbesar yang bisa kita lakukan. Selama ini, dalam ketidaksadaran kita, sering kali membuat berbagai macam asumsi, teori maupun paradigma namun tidak eksplisit.
Kita perlu sadar akan hal itu dan kesadaran akan semua asumsi hingga paradigma itu ke alam bawah sadar, secara eksplisit setara dengan kemampuan kita untuk melakukan lompatan kuantum yang luar biasa besarnya dan untuk mencapai kesadaran diri kita perlu meminta umpan balik dari orang lain. Perlu dipahami bahwa kita memiliki titik-titik buta (blind spots). Sebagian dari titik-titik buta itu benar-benar bisa melumpuhkan efektivitas kita.
Namun, jika kita mengembangkan kebiasaan, baik secara informal maupun formal, untuk meminta umpan balik dari orang lain, akan mempercepat laju pertumbuhan dan perkembangan diri kita. Kebiasaan ini, kata Stephen Covey, akan mirip dengan melakukan riset pasar dan membandingkan diri dengan mereka yang unggul di tingkat pada bidang tertentu. Proses semacam ini sering memberikan informasi mengenai tink-titik buta yang juga tidak dapat dilihat oleh orang lain. Banyak orang melihat doa, meditasi, dan kontemplasi serta shalat (dalam Islam) sebagai jalan untuk memahami pengarahan dari nurani dan untuk melihat kehidupan sebagai sebuah misi, sebuah tanggung jawab dan peluang untuk berkontribusi. Doa juga bisa memberikan kekuatan dan keberanian untuk melangkah mundur, mengakui kesalahan kepada orang lain, minta maaf, memperbarui komitmen, dan kemudian kembali ke jalur untuk maju.
Suatu ketika, ada seorang wanita yang kembali pulang ke rumah,dan ia melihat ada 3 orang pria berjanggut yang duduk di halaman depan. Wanita itu tidak mengenal mereka semua. Wanita itu berkata: “Aku tidak mengenal Anda, tapi aku yakin Anda semua pasti sedang lapar.Mari masuk ke dalam, aku pasti punya sesuatu untuk menganjal perut. Pria berjanggut itu lalu balik bertanya, “Apakah suamimu sudah pulang? Wanita itu menjawab, “Belum, dia sedang keluar. “Oh kalau begitu, kami tak ingin masuk.
Kami akan menunggu sampai suami mu kembali, katapria itu. Di waktu senja, saat keluarga itu berkumpul, sang isteri menceritakan semua kejadian tadi. Sang suami, awalnya bingung dengan kejadian ini, lalu ia berkata pada istrinya, “Sampaikan pada mereka, aku telah kembali, dan mereka semua boleh masuk untuk menikmati makan malam ini.
Wanita itu kemudian keluar dan mengundang mereka untuk masuk ke dalam. “Maaf, kami semua tak bisa masuk bersama-sama”, kata pria itu hampir bersamaan.”Lho, kenapa? tanya wanita itu karena merasa heran.
Salah seorang pria itu berkata, “Nama dia Kekayaan,”katanya sambil menunjuk seorang pria berjanggut di sebelahnya, dan “sedangkan yang ini bernama Kesuksesan, sambil memegang bahu pria berjanggut lainnya.
Sedangkan aku sendiri bernama Cinta. Sekarang, coba tanya kepada suamimu, siapa diantara kami yang boleh masuk ke rumahmu.
Wanita itu kembali masuk kedalam, dan memberitahu pesan pria di luar. Suaminya pun merasa heran. “Ohho…menyenangkan sekali. Baiklah, kalau begitu, coba kamu ajak si Kekayaan masuk ke dalam. Aku ingin rumah ini penuh dengan Kekayaan. Istrinya tak setuju dengan pilihan itu. Ia bertanya, “sayangku, kenapa kita tak mengundang si Kesuksesan saja? Sebab sepertinya kita perlu dia untuk membantu keberhasilan panen gandum kita. “Ternyata, anak mereka mendengarkan percakapan itu. Ia pun ikut mengusulkan siapa yang akan masuk ke dalam rumah. “Bukankah lebih baik jika kita mengajak si Cinta yang masuk ke dalam? Rumah kita ini akan nyaman dan penuh dengan kehangatan Cinta. Suami-istri itu setuju dengan pilihan buah hati mereka. “Baiklah, ajak masuk si Cinta ini ke dalam. Dan malam ini, Si Cinta menjadi teman santap malam kita.
Wanita itu kembali ke luar, dan bertanya kepada 3 pria itu. “Siapa diantara Anda yang bernama Cinta? Ayo, silahkan masuk, Anda menjadi tamu kita malam ini. Si Cinta bangkit, dan berjalan menuju beranda rumah. Ohho..ternyata, kedua pria berjanggut lainnya pun ikut serta.
Karena merasa ganjil, wanita itu bertanya kepada si Kekayaan dan si Kesuksesan. “Aku hanya mengundang si Cinta yang masuk ke dalam, tapi kenapa kamu ikut juga? Kedua pria yang ditanya itu menjawab bersamaan. “Kalau Anda mengundang si Kekayaan, atau si Kesuksesan, maka yang lainnya akan tinggal di luar. Namun, karena Anda mengundang si Cinta, maka, kemana pun Cinta pergi, kami akan ikut selalu bersamanya. Dimana ada Cinta, maka Kekayaan dan Kesuksesan juga akan ikut serta. Sebab, ketahuilah, sebenarnya kami buta. Dan hanya si Cinta yang bisa melihat. Hanya dia yang bisa menunjukkan kita pada jalan kebaikan, kepada jalan yang lurus. Maka, kami butuh bimbingannya saat berjalan. Saat kami menjalani hidup ini.

My Pictures